Jumat, 12 April 2013

tablet parasetamol


2.1 Parasetamol
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang telah digunakan sejak tahun 1893, efek antipiretiknya ditimbulkan oleh gugus amino-benzen, menurunkan suhu badan tinggi dengan cara menimbulkan dilatasi pembuluh darah perifer dan mobilatasi air hingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat (Siswandono, 2000).
Struktur Kimia Parasetamol
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N; mudah larut dalam etanol.
Jarak lebur : Antara 168 dan 172(Anonim, 1995).
Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung. Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2004).
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono, 2002).
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang. Kontra Indikasinya yaitu terhadap Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini.
Pada penggunaan per oral parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah peberian. Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah.
Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah dan anoreksia. Penanggulangannya dengan cuci lambung, disamping perlu pemberian zat penawar (asam-amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif (Tjay, 2007)

2.2 Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainya tergantung pada cara pemakaian dan metode pembuatan tablet tersebut. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral (Ansel.H.C, 1989).
2.2.1 Jenis-jenis Tablet
Macam-macam jenis tablet berikut ini:
1. Tablet Kompresi, yaitu tablet kompresi yang dibuat dengan mencetak pada punch dan die dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya, diberi tambahan sejumlah bahan pembantu antara lain:
a.   Pengenceran atau pengisi yang ditambahkan jika perlu ke dalam formulasi supaya membentuk ukuran tablet yang diinginkan.
b.   Pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam formulasi, memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya.
c.   Penghancur atau bahan yang dapat membantu penghancuran, akan membantu memecah atau menghancurkan tablet setelah pemberian sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, sehingga lebih mudah diabsorpsi.
d.   Antirekat pelincir atau zat pelincir yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die serta membuat tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat.
e.   Bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa.
2. Tablet Kompresi Ganda, yaitu tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu kali tekanan. Tablet berlapis dibuat dengan cara memasukkan satu campuran obat ke dalam cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat sebagai lapisan berikutnya dimasukkan ke dalam cetakan yang sama dan ditekan lagi, untuk membentuk dua atau tiga lapisan tergantung pada jumlah obat yang ditambahkan secara terpisah dalam satu tablet berlapis (Ansel.H.C, 1989).





2.2.2 Cara Penggunaan Tablet
Cara penggunaan tablet dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tablet Oral
- Tablet biasa yaitu tablet yang dicetak, tidak disalut diabsorpsi disaluran cerna dan pelepasan obatnya cepat untuk segera memberikan efek terapi.
Contoh: tablet parasetamol
-   Tablet Kunyah, dikunyah dulu baru ditelan.
Contoh: Antasida.
2. Tablet penggunaannya melalui rongga mulut
- Tablet Bukal, disisipkan diantara gusi dan pipi.
Contoh: Tablet Progesteron
- Tablet Sublingual, diletakkan dibawah lidah. Tablet ini cepat melarut dan bahan obatnya cepat diabsorpsi
Contoh: Tablet Isosorbit dinitrat
- Tablet Hisap = Troches = LozengsTablet dihisap dan obatnya terlarut sedikit demi sedikit dan diserap di rongga mulut
Contoh: Antiseptika dan Local anestesi.
3. Tablet penggunaannya di bawah kulit
- Tablet Implantasi, ditanamkan didalam jaringan di bawah kulit.
Tujuannya untuk pemakaian tempo lama.
Contoh: Tablet Hormon KB
- Tablet Hipodermik, tablet ini sebelum digunakan dilarutkan dulu
dalam pelarutnya.
Contoh: Atropin Sulfat
4. Tablet Everfessen, tablet ini dilarutkan dulu dalam air kemudian diminum. Contoh: Tablet Ca Sandoz
5. Tablet Vagina, pemakaiannya melalui vagina. Bentuknya pipih oval ujungnya lebih kecil. Tablet ini mengandung antibiotika dan antibakteri (Ansel.H.C, 1989).

Selasa, 08 Januari 2013

Gangguan Neurotik


GANGGUAN NEUROTIK
A.    Pengertian Neurotik
Gangguan neurotik adalah gangguan di mana gejalanya membuat distres yang tidak dapat diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin akan sangat terpengaruh tetapi biasanya tetap dalam batas yang dapat diterima. Gangguan ini relatif bertahan lama atau berulang tanpa pengobatan.
Neurotik merupakan suatu penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan tanda-tanda:
a)      wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat-sifat kesukarannya
b)      konflik-konflik batin
c)      reaksi-reaksi kecemasan
d)     kerusakan parsial atau sebagian pada struktur kepribadiannya
e)      seringkali, tetapi tidak selalu ada, disertai pobia, gangguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif kompulsif.
Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tak dapat diselesaikannya suatu konflik sadar. Kecemasan yg timbul dirasakan secara langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan psikologik (defence-mechanism) dan muncullah gejala-gejala subjektif lain yg mengganggu. Namun sering kali banyak masyarakat beranggapan, gangguan neurotik itu tidak berbahaya. Padahal banyak penelitian membuktikan sebagian besar masyarakat yang menderita gangguan neurotik dan tidak menyadarinya bisa berakibat terkena gangguan psikiotik. Proses terjadinya gangguan neurotik ini sendiri berawal dari gangguan psikologi kemudian berubah menjadi gangguan fisik bagi penderita. Selain itu profesi yang bertugas menangani gangguan psikologi masih sedikit
B.     Gejala-Gejala Neurotik
Walaupun penderita neurotik menujukkan berbagai gejala, namun pada umumnya ditunjukkan oleh adanya gambaran diri yang negatif, cenderung merasa kurang mampu dan merasa rendah diri. Gejala utamanya adalah kecemasan, selain itu perasaan depresi juga dapat ditemui pada penderita neurotik, pada umumnya sering terlihat murung. Gejala lain dari neurotik adalah individu menjadi sangat perasa, penyesuaian diri yang salah, kesulitan konsentrasi atau dalam mengambil keputusan.
Orang yang mengalami gangguan neurotik ditandai oleh:
a)      Anxiety, sebagai simbol rasa takut, gelisah, rasa tidak aman, tidak mampu, mudah lelah, dan kurang sehat.
b)      Depressive Fluctuations, tanda mudah tertekan, susah, suasana hati muram, mudah kecewa.
c)      Emosional Sensitivity, sangat perasa, tidak mampu menyesuaikan secara baik emosi dan sosialnya, labil. Mudah tersinggung dan banyak melakukan mekanisme pertahanan diri.
1)      Gejala Utama:
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi, mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
2)      Gejala Tambahan:
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan/perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan terganggu



C.    Penyebab Neurotik
Sebab-sebab timbulnya gangguan neurotik, adalah:
1. Tekanan-tekanan menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan dan ketegangan-ketegangan dalam batin sendiri yang kronis berat sifatnya. Sehingga orang yang bersangkutan mengalami mental breakdown.
2. Individu mengalami banyak frustrasi, konflik-konflik emosionil dan konflik internal yang serius, yang sudah dimulai sejak kanak-kanak.
3. Individu sering tidak rasionil sebab sering memakai defence mechanism yang negatif dan lemahnya pertahanan diri secara fisik dan mental.
4. Pribadinya sangat labil tidak imbang dan kemauannya sangat lemah sosial dan tekanan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab gangguan neurotik bisa berasal dari individu itu sendiri, seperti keterbatasan individu dalam menghadapi masalahnya, gagalnya individu untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Penyebab lainnya berasal dari luar individu, seperti adanya tekanan-tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat, adanya pengaruh lingkungan yang buruk. Semua itu bisa menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan, ketegangan batin, frustrasi, konflik-konflik emosional, individu menggunakan mekanisme pertahanan diri yang negatif, yang bisa mengakibatkan gangguan mental. Gangguan mental itu adalah perilaku individu yang neurotik.
D.    Penatalaksanaan Neurotik
·         Menurunkan atau menghilangkan gejala gangguan neurotik
·         Mengambalikan fungsi utama tubuh
·         Meminimalkan resiko relaps atau rekurens

1)      Penderita Gagal Menerima Obat
Penderita gagal menerima obat dapat disebabkan oleh:
a.       Penderita tidak menerima pengaturan obat yang sesuai sebagai akibat kesalahan medikasi (medication error) berupa kesalahan peresepan, dispensing, cara pemberian atau monitoring yang dilakukan.
b.      Penderita tidak mematuhi aturan yang direkomendasikan dalam penggunaan obat
c.       Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena ketidakpahaman
d.      Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena tidak sesuai dengan keyakinan tentang kesehatannya.
e.       Penderita tidak mampu menebus obat dengan alasan ekonomi.
2)      Indikasi Farmakoterapi
Pelaksanaan farmakoterapi ditujukan untuk pasien :
a.       neurotik sedang atau berat
b.      mempunyai gambaran melankolik atau psikotik
c.       dahulu pernah mengidap neurotik
d.      Mempunyai respon positif terhadap pengobatan neurotik dimasa lalu
e.       Kegagalan pendekatan terapi psikologi
E.     Terapi Farmakologi
Jenis Gangguan
Obat lini pertama
Obat Lini Kedua
Alternatif
Gangguan kecemasan umum
Venlafaxin
Paroksetin
Escitalopram
Benzodiazepin
Imipramin
Buspiron
Hidroksizin
Gangguan kepanikan
Fluoksamin
Fluoksetin

Imipramin
Klomipramin
Alprazolam
Klonazepam
Fenelzin
Gangguan kecemasan social
Paroksetin
Sertralin
Venlafaxin XR
Citalopram
Escitalopram
Fluvoxamin
Klonazepam
Busipron
Gabapentin
Fenelzin
Jenis Gangguan
Obat lini pertama
Dosis
Gangguan kecemasan umum
Venlafaxin
Paroksetin
Escitalopram
75mg/hari
20mg/hari
10mg/hari
Gangguan kepanikan
Fluoksamin
Fluoksetin

20mg/hari
20mg/hari
Gangguan kecemasan social
Paroksetin
Sertralin
Venlafaxin XR
20mg/hari
50mg/hari
37,5/75mg/hari

Contoh Resep :

Nama Obat      : Cipralex
Komposisi       : Escitalopram
Indikasi           : Pengobatan Pada episode depresi mayor, gangguan panic dengan atau tanpa agoraphobia
Kontra Indikasi : Penggunaan bersama MAOI
Dosis               : 10mg 1 x/hari. Maks 20mg/hari
Peringatan       : Gejala paradoksial, kejang, riwayat mania atau hipomania, diabetes, gangguan psikiatrik lain, usia lanjut dan pasien sirosis.
Efek Samping : Penurunan nafsu makan dan libido, insomnia, somnolen, pusing sinusitis, mual,diare, konstipasi, keringat berlebihan, gangguan ejakulasi, impotensi, lemah, panas.
Interaksi obat : MAO non selektif, moklobemid, selegilin, tramadol, sumatriptan, bupropion, omeprazole, flueksetin, metoprolol, antidepresan atau antipsikotik.
F.     Terapi Non-Farmakologi
1.      Olahraga Teratur
2.      Asupan Diet Berimbang
3.      Hindari minum alcohol atau menggunakan narkoba dan pengobatan yang tidak dianjurkan
4.      Tidur yang cukup
5.      Bersabar dan bersikap baik pada diri sendiri
6.      Curhat
7.      Lakukan rutinitas
8.      Hindari lembur
9.      melakukan psikoterapi
G.    Konseling
Untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas hidup penderita, menghindari penyalahgunaan obat, mengenali efek samping yang ditimbulkan dan mempertahankan kualitas obat agar selalu dalam rentang terapi maka dilakukan konseling. Untuk meminimalkan masalah terkait obat, apoteker perlu melakukan identifikasi dengan mengajukan empat pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apakah terapi obat sesuai dengan indikasinya?
Terapi obat dikatakan tidak sesuai bila obat yang diberikan tidak sesuai dengan indikasinya atau penderita memerlukan terapi obat tambahan karena adanya indikasi yang belum diobati (untreated indication)
2.      Apakah terapi obat tersebut efektif?
Terapi obat dikatakan tidak efektif bila obat yang diberikan tidak tepat dalam pemilihannya atau dosis yang digunakan terlalu kecil.
3.      Apakah terapi obat tersebut aman?
Terapi obat dikatakan tidak aman, bila penderita mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki atau penderita mendapatkan dosis obat yang terlalu tinggi atau penderita menerima/menggunakan obat tanpa indikasi.
4.      Apakah penderita mengikuti aturan yang telah disarankan?
Penderita tidak mengikuti aturan penggunaan obat yang disarankan dapat terjadi karena ketidakpahaman penderita terhadap penyakit dan pengobatannya, alasan ekonomi, atau ketidaknyamanan yang dialami.
kontribusi apoteker berfokus kepada pencegahan dan perbaikan penyakit, termasuk mengidentifikasi dan menilai kesehatan pasien, memonitor, mengevaluasi, memberikan pendidikan dan konseling, melakukan intervensi, dan menyelesaikan terapi yang berhubungan dengan obat untuk meningkatkan pelayanan ke pasien dan kesehatan secara keseluruhan. Kontribusi apoteker ini pada intinya adalah penatalaksanaan penyakit, berarti mencakup terapi obat dan non-obat.
1. Mengidentifikasi dan Menilaian Kesehatan pasien
Apoteker dapat mengidentifikasi pasien-pasien yang tidak menyadari kalau mereka menderita gangguan neurotik
2. Merujuk pasien
Salah satu peran apoteker yang tidak kalah penting adalah merujuk pasien kepada tim perawatan medis lainnya untuk pengobatan psikologisnya, yaitu kepada psikiatri.

3. Memantau Penatalaksanaan neurotik
Pemantauan terhadap kondisi penderita dapat dilakukan apoteker pada saat pertemuan konsultasi rutin atau pada saat penderita atau keluarganya menebus obat, atau dengan melakukan hubungan telepon. Pemantauan kondisi penderita sangat diperlukan untuk menyesuaikan jenis dan dosis terapi. Apoteker harus mendorong penderita atau keluarganya untuk melaporkan keluhan ataupun gangguan kesehatan yang dirasakannya sesegera mungkin.
4. Menjaga dan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap jadwal terapi.
Salah satu faktor utama kegagalan sebuah terapi adalah ketidakpatuhan terhadap terapi. Apoteker dapat memainkan penting dalam membantu pasien mengikuti terapi. Untuk melakukan hal ini secara efektif, apoteker harus mengerti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan ketidakpatuhan pasien terhadap terapi, antara lain:
·         Regimen yang kompleks
·         Kurang pengetahuan pasien terhadap penyakitnya
·         Kurang keyakinan pasien terhadap terapi/obat
·         Kebingungan tentang petunjuk cara minum obat
·         Biaya pengobatan yang cukup tinggi bagi pasien
·         Ada gangguan psikologi terutama depresi
·         Ada gangguan kognitif
·         Kurangnya dukungan sosial dari keluarga atau kerabat
Untuk penderita yang mendapat resep dokter dapat diberikan konseling secara lebih terstruktur dengan tiga pertanyaan utama sebagai berikut:
1. Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan Anda?
2. Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat Anda?
3. Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan Anda?
Pengembangan Tiga Pertanyaan Utama :
• Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan Anda?
• Persoalan apa yang harus dibantu?
• Apa yang harus dilakukan?
• Persoalan apa yang menyebabkan anda ke dokter?
• Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat Anda?
• Berapa kali menurut dokter anda harus menggunakan obat tersebut?
• Berapa banyak Anda harus menggunakannya?
• Berapa lama Anda terus menggunakannya?
• Apa yang dikatakan dokter bila anda kelewatan satu dosis?
• Bagaimana Anda harus menyimpan obatnya?
• Apa artinya ‘satu kali sehari’ bagi Anda?
• Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan Anda?
• Pengaruh apa yang Anda harapkan tampak?
• Bagaimana Anda tahu bahwa obatnya bekerja?
• Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter kepada Anda untuk diwaspadai?
• Perhatian apa yang harus Anda berikan selama dalam pengobatan ini?
• Apa yang dikatakan dokter apabila Anda merasa makin parah/buruk?
• Bagaimana Anda bisa tahu bila obatnya tidak bekerja?
Pertanyaan Tunjukkan dan Katakan :
• Obat yang Anda gunakan ditujukan untuk apa?
• Bagaimana Anda menggunakannya?
• Gangguan atau penyakit apa yang sedang Anda alami?

Pelaksanaan konseling
1.      Pertama-tama Apoteker mempersilakan pasien dan atau keluarganya masuk ke ruang konseling sembari member salam disertai senyuman dan jabat tangan pasien. Selanjutnya Apoteker memperkenalkan diri.
2.      Lalu Apoteker membuka diskusi dengan pasien dengan mengeluarkan kata-kata untuk mencairkan suasana agar konseling berjalan santai.
3.      Apoteker menerangkan maksud diadakannya konseling saat itu adalah untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan obat yang akan di gunakan pasien
4.      Apoteker bertanya seputar three prime question
5.      Apoteker bertanya kepada pasien atau keluarganya apakah sudah mengetahui dengan jelas mengenai obatnya dan apakah ada pertanyaan seputar obat yang digunakannya.
6.      Apoteker menanyakan apakah ini penyakit yang pertama atau kambuhan
7.      Selanjutnya Apoteker perlu menerangkan kondisi pasien. Dengan kata lain, pasien sendiri harus mengerti penyakitnya dimana pasien neurotik akan mengalami bahaya bila menghadapi masalah yang rumit
8.      Penjelasan Apoteker harus sesederhana mungkin dan tidak menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti pasien mengingat tingkat pendidikan pasien rendah.
9.      Oleh karena pasien memiliki gangguan neurotik maka Apoteker harus melibatkan anggota keluarga pasien agar pesan yang ingin disampaikan Apoteker tersampaikan.
10.  Apoteker harus bisa membangkitkan pasien untuk berpartisipasi dalam mentreatment penyakitnya, sehingga pasien masih punya harapan untuk sembuh.
11.  Apoteker memberikan solusi terhadap problem yang dialami pasien. Apoteker perlu menjelaskan kepada pasien bahwa obat gangguan neurotik akan berbahaya bila digunakan dengan obat-obat yang mempunyai interaksi dengan obat ini.
12.  Apoteker harus menjelaskan bagaimana seharusnya obat Cipralex diminum yaitu dengan segelas air putih setelah makan
13.  Apoteker harus menekankan kepada pasien perlunya minum obat secara rutin untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
14.  Apoteker perlu menjelaskan kepada pasien resiko jika mengalami tekanan mental yang lebih maka akan menimbulkan depresi berat
15.  Perlu diberitahukan kepada pasien bila sekali lupa mengkonsumsi obat, segeralah minum obat pada saat ingat. Namun, jika sudah dekat waktunya untuk minum obat dosis selanjutnya maka lewatkan saja dosis sebelumnya dan minum obat sesuai dengan jadwal seperti biasanya.
16.  Apoteker harus menginformasikan dosis obat tidak boleh dobel untuk mencegah over dosis.
17.  Apoteker perlu menekankan kepada pasien bahwa obat gangguan neurotik yang dikonsumsi adalah untuk menghilangkan gejala-gejala neurotik yang akan berbahaya fatal jika tidak diobati
18.  Apoteker perlu menginformasikan efek samping obat Cipralex.
19.  Apoteker perlu memberitahukan cara penyimpanan obat ini kepada pasien, yaitu disimpan di tempat yang aman, jauh dari jangkauan anak-anak dan terlindung cahaya.
20.  Pasien perlu diberitahu untuk memperbaiki gaya hidupnya, antara lain:
a)      Olahraga Teratur
b)      Asupan Diet Berimbang
c)      Hindari minum alcohol atau menggunakan narkoba dan pengobatan yang tidak dianjurkan
d)     Tidur yang cukup
e)      Bersabar dan bersikap baik pada diri sendiri
f)       Curhat
g)      Lakukan rutinitas
h)      Hindari lembur
i)        melakukan psikoterapi
21.  Ketika pasien ingin bicara lebih lama maka sebagai Apoteker yang baik membiarkan pasien untuk mengeluarkan apa yang pasien rasakan, tunjukkan bahwa kita ikut berempati, tulus, dan peduli.
22.  Sebelum mengakhiri konseling, Apoteker harus memastikan bahwa pasien faham atas apa-apa yang telah dijelaskan. Ada baiknya Apoteker menyuruh pasien mengulang kembali atas apa yang sudah dijelaskan atau diberikan sebelumnya.
23.  Apoteker perlu menanyakan apakah ada hal lain yang ingin diketahui pasiennya seputar obat dan penyakitnya.
24.  Jangan lupa menyarankan pasien untuk menghubungi dokternya bila kondisi tidak membaik atau menghubungi Apoteker bila ada pertanyaan atau timbul masalah. Tidak ada salahnya juga Apoteker menanyakan nomor telepon pasien (follow up).
25.  Apoteker tidak lupa memberikan dukungan dan semangat untuk sembuh kepada pasien serta mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasamanya kepada pasien.